Budaya Positif adalah materi yang ada pada modul 1.4 pada Pendidikan Guru Penggerak. Materi ini mencakup materi inti mengenai perubahan paradigma belajar, disiplin positif, motivasi perilaku manusia, kebutuhan dasar, posisi kontrol restitusi, keyakinan kelas dan segitiga restitusi. Materi ini sejalan dengan kurikulum merdeka dan filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara yang mengusung konsep pembelajaran berpusat pada murid. Dengan penerapan budaya positif di lingkungan sekolah maka dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sesuai nilai-nilai kebajikan yang ada pada Profil Pelajar Pancasila sehingga dapat mewujudkan murid yang memiliki karakter Profil Pelajar Pancasila.
Bertepatan pada hari Kamis tanggal 20 Juli 2023 pada pukul 09.30, saya berkesempatan melakukan sosialisasi terkait Budaya Positif kepada wali kelas di SMKN 1 Sampang. Kegiatan ini mendapat dukungan penuh dan apresiasi dari Plt Kepala SMKN 1 Sampang yaitu Bapak Suherman Hidayat, S.Pd., M.M dan para jajaran Wakil Kepala Sekolah yaitu WAKA Kurikulum, WAKA Kesiswaan, WAKA Humas, dan WAKA Sarpras. Dukungan ini terlihat dari dibuatnya surat undangan resmi khusus bapak ibu wali kelas SMKN 1 Sampang untuk menhadiri kegiatan sosialisasi budaya positif ini.
Dukungan juga diberikan oleh bapak ibu wali kelas SMKN 1 Sampang yang antusias hadir dan mengikuti kegiatan ini sampai akhir, bahkan ada ketua jurusan yang juga ikut hadir untuk mendapatkan wawasan mengenai budaya positif. Ada sekitar 25 bapak ibu guru yang hadir dalam kegiatan sosialisasi ini. Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh WaKa Kurikulum yaitu Bapak M. Imam Yusuf Wibisono, M.Pd yang mewakili Bapak Kepala Sekolah sekaligus memberi sambutan awal. Bapak M. Imam Yusuf Wibisono, M.Pd ini adalah CGP Angkatan 6 sehingga beliau sangat memahami betul isi materi tentang budaya positif, sehingga saat memberikan sambutan beliau juga sedikit menyinggung isi dari materi budaya positif.
Pada kegiatan sosialisasi ini saya membuka materi dengan memaparkan tujuan pendidikan menurut filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara dan dengan memberi pemahaman kepada bapak ibu wali kelas bahwa kita sebagai seorang guru jangan sampai menerapkan kata "paling" dalam profesi maupun kehidupan kita tetapi kita harus bisa menerapkan kata "saling" agar dapar menuntun peserta didik sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman.
Materi saya lanjutkan sampai pada materi posisi kontrol guru. Disini bapak ibu wali kelas mulai merasa bahwa selama ini mereka berada pada posisi kontrol yang kurang tepat yaitu posisi kontrol sebagai penghukum dan pemberi rasa bersalah. Sehingga disini bapak ibu wali kelas mulai melakukan refleksi diri untuk perbaikan dikemudian hari dalam mengemban tugasnya sebagai wali kelas.
Materipun berlanjut sampai ke materi segitiga restitusi, disinilah bapak ibu mulai heboh karena saya menunjukkan video saat saya menerapkan segitiga restitusi. Berkali-kali saya menekankan kepada bapak ibu wali kelas bahwa tidak mudah menuntun murid dan membangun budaya positif tetapi saya tegaskan bahwa bapak ibu wali kelas pasti bisa melaksanakannya. Saya juga memberi contoh bagaimana menerapkan ke siswa dan ke anak saya sendiri tentang segitiga restitusi. Saya juga memberikan gambaran penerapan suasana kelas yang menyenangkan yang saya lakukan, saya memberi contoh penerapan pembelajaran berbasis projek yang sudah dilakukan Ibu Rina, selain itu saya juga memberi contoh penerapan kesepakatan kelas yang dilakukan oleh Ibu Fitriyah. Dengan pemaparan materi yang panjang serta pemberian contoh konkrit membuat bapak ibu wali kelas SMKN 1 Sampang merasa bahwa wawasan ini sangat penting untuk dipelajari dan dipahami. Sehingga tanpa terasa sudah 1 jam 30 menit saya memaparkan materi dan bapak ibu wali kelas masih antusias mengikutinya.
Demikian cerita keseruan saya saat melakukan sosialisasi budaya positif kepada wali kelas SMKN 1 Sampang. Dan saya sangat senang serta bangga terhadap bapak ibu wali kelas karena bersedia belajar serta antusias mengikuti kegiatan ini untuk menambah wawasan terntang budaya positif demi mewujudkan peserta didik yang berkarakter Profil Pelajar Pancasila. Semoga wawasan budaya positif ini bisa diterapkan oleh bapak ibu wali kelas SMKN 1 Sampang di kelasnya masing-masing.
Subnetting adalah teknik yang digunakan untuk memecahkan jaringan menjadi beberapa subjaringan yang lebih kecil. Teknik subnetting biasanya digunakan untuk memudahkan pengelola jaringan, seperti sistem dan network administrator dalam bekerja.
Sebelum mengetahui cara untuk menghitung subnetting, perlu diketahui bahwa metode ini berpusat pada 4 hal, yaitu jumlah subnet, jumlah host per subnet, blok subnet, alamat host dan broadcast yang valid. Menyadur laman resmi dari SMKN 1 Ketapang, berikut contoh subnetting.
Subnetting seperti apa yang terjadi dengan sebuah network address 192.168.1.0/26?
Analisanya, 192.168.1.0 berarti kelas C dengan Subnet Mask /26 berarti 11111111.11111111.11111111.11000000 (255.255.255.192).
1. Jumlah subnet
2x, di mana x adalah banyaknya binari 1 pada oktet terakhir subnet mask (2 oktet terakhir untuk kelas B, dan 3 oktet terakhir untuk kelas A). Jadi jumlah subnet adalah 22 = 4 subnet.
2. Jumlah host per subnet
2y – 2, di mana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada oktet terakhir subnet. Jadi jumlah host per subnet adalah 26 – 2 = 62 host
3. Blok subnet
256 – 192 (nilai oktet terakhir subnet mask) = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128 dan 128 + 64 = 192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
4. Hos dan broadcast yang valid
Mengetahui host dan broadcast yang valid memerlukan tabel dengan catatan host pertama adalah 1 angka setelah subnet dan broadcast adalah 1 angka sebelum subnet berikutnya.
Tabel host dan broadcast yang valid. Foto: SMKN 1 Ketapang
Tujuan Subnetting
Menurut laman resmi Dinas Komunikasi, Informatika, dan Persandian Kota Bengkulu, hadirnya teknik subnetting dapat memudahkan seorang network administrator dalam mengamankan jaringan.
Selain itu, ada beberapa tujuan lain dari teknik subnetting ini yang perlu untuk diketahui, yaitu:
Untuk mengefisienkan pengalamatan (misal untuk jaringan yang hanya mempunyai 10 host, kalau kita menggunakan kelas C saja terdapat 254 – 10 = 244 alamat yang tidak terpakai).
Membagi satu kelas network atas sejumlah subnetwork dengan arti membagi suatu kelas jaringan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.
Menempatkan suatu host, apakah berada dalam satu jaringan atau tidak.
Untuk mengatasi masalah perbedaan hardware dengan topologi fisik jaringan.
Untuk mengefisienkan alokasi IP Address dalam sebuah jaringan supaya bisa memaksimalkan penggunaan IP Address.
Mengatasi masalah perbedaan hardware dan media fisik yang digunakan dalam suatu network, karena router IP hanya dapat mengintegrasikan berbagai network dengan media fisik yang berbeda jika setiap network memiliki address network yang unik.
Meningkatkan security dan mengurangi terjadinya kongesti akibat terlalu banyaknya host dalam suatu network.